Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Jumat, 04 September 2009

Broadband Dan Ekonomi

/ On : 12.54/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan hubungan saya lebih lanjut via e-mail di herdiansyah_hamzah@yahoo.com.
Akses Internet broadband memiliki beberapa keuntungan dalam pengembangannya, antara lain terhadap pembangunan ekonomi dan sosial, terutama karena beberapa alasan berikut:

Meningkatkan nilai kompetitif bisnes. Meningkatnya produktiviti karyawan dalam penggunaan Internet funtuk berbagai kegiatan kerjanya, termasuk melakukan riset, membaca berita online , menyediakan layanan dan dukungan pelanggan online , mengirim/menerima e-mail dengan lampiran berkapasitas besar, memberi barang dan jasa online , dan juga belajar jarak-jauh. Meningkatkan efisiensi kegiatan supply chain , membangun layanan pelanggan yang lebih baik, dan inter-koneksi antara kantor pusat dan kantor cabang yang saling berjauhan.

Meningkatkan perkembangan perusahaan TI, yang saat ini semakin kompetitif di pasar global. Kurangnya akses broadband atau mahalnya akses broadband mendorong terjadinya brain drain ahli TI ke negara-negara yang memiliki dukungan infrastruktur yang lebih maju.

Memfasilitasi E-Government melalui percepatan layanan pemerintahan dan mendistribusikan informasi melalui Internet, melakukan proses pengadaan secara online ( government procurement online ) meningkatkan kecepatan dan efisiensi kegiatan pemerintahan secara menyeluruh.

Mendorong Teleworking dengan memungkinkan setiap orang bekerja dari rumah tetapi tetap terhubung ke kantor, mengurangi waktu bepergian dan sekaligus menghemat biaya, mengurangi kemacatan lalulintas, dan menurunkan polusi udara.

Memperkaya kegiatan belajar-mengajar dan dukungan terhadap perubahan kegiatan pendidikan menuju lebih fokus ke pelajar daripada fokus ke pengajar. Misalnya, karena lebih mudah dan cepatnya akses ke informasi, meningkatkan pel;uang untuk berkomunikasi dan berbagai informasi, mendukung proses pendidikan seumur hidup, memungkinkan memilah-milah sesuai kebutuhan seseorang yang lebih spesifik, menyediakan platform untuk pameran kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah. Akses ke berbagai media online yang kaya data dan informasi diperkirakan akan semakinmendorong motivasi belajar di semua kalangan umur.

Mempromosikan kegiatan Wisata ke kalangan wisatawan maupun para pebisnis, karena konektivitas broadband akan menjadi faktor yang penting dalam menentukan pilihan, baik terhadap hotel dan lokasi yang dipilih para wisatawan.

Memungkinkan Teleconferencing, baik untuk keperluan pertemuan keluarga, pribadi maupun bisnis secara cepat, murah dan aman cukup dengan menggunakan Internet, daripada harus bepergian jauh ke suatu lokasi tertentu.

Memungkinkan Telemedicine dengan semakin meningkatnya kemungkinan pemberian layanan medis, misalnya diagnosis dan perawatan pasien yang sakit, misalnya yang berada di lokasi yang jauh, yang tak memiliki dokter ahli yang memadai. Hal itu juga memungkinkan para dokter dapat secara cepat dan murah melakukan konsultasi dengan dokter spesialis di tempat yang jauh, misalnya di luar negeri, guna mendapatkan pandangan atas suatu kasus medis tertentu yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman khusus dalam menanganinya.

Menstimulasi E-Commerce dengan memungkinkan akses belanja online dan memajang produk atau layanan informasi dalam media online yang lengkap.

Memungkinkan kegiatan Hiburan dan berbagai kegiatan kreatif lainnya, termasuk buku, musik, drama, film, video, pertunjukan hidup ( live performances ) dapat disampaikan ke peminatnya di seluruh dunia melalui Internet.

Memungkinkan akses data secara cepat dan mudah melalui Internet, yang dapat dilakukan sendiri oleh para peminat yang membutuhkan, baik dalam kaitan menyampaikan informasi, mengajar dan menyebarluaskan informasi ke masyarakat atau kalangan tertentu.

Memungkinkan akses ke berbagai layanan dan konten baru dengan tersedianya akses kapasitas besar, seperti: two-way video conferencing, streaming media, managed outsourced services (sewa aplikasi online , tak perlu membeli), serta back up and storage (mencadangkan dan memperbaiki data dari jarak jauh untuk keamanan maupun perbaikan).

Posted by N3wB0yz[N3] at 7:23 PM 0 comments
Labels: Kelebihan Broadband
Kemajuan Pesat

Perkembangan layanan broadband ini boleh dikata sangat pesat. Lihat saja, peningkatan jumlah pelanggannya dari waktu ke waktu. Diperkirakan jumlah pelanggan broadband dunia akan meningkat tajam, dari hanya sekitar 100 juta akhir 2003 (123 juta pertengahan 2004) meningkat menjadi sekitar 325 juta pelanggan pada 2008, seperti diungkapkan hasil riset terbaru Yankee Group.

Dari 325 juta pelanggan itu, sekitar 200 juta di antaranya menggunakan DSL ( digital subscriber line ), atau meningkat secara tajam dari hanya sekitar 85 juta akhir tahun 2004. DSL Forum malah berani memperkirakan waktu yang lebih cepat, yakni pada akhir 2005, jumlah pelanggan broadband telah mencapai 200 juta. Perkembangan layanan DSL ini, menurut Yankee Group, terutama, dipicu oleh perkembangan di kawasan Asia-Pasifik. Pertumbuhan jumlah pelanggan DSL di kawasan Asia Timur dan Selatan, misalnya, meningkat 110%.

eMarketer mengestimasikan bahwa pada 2007 mendatang, di seluruh dunia akan ada sebanyak 250 juta pelanggan broadband. Selain itu, tak kurang dari 500 juta pengguna broadband akan mengakses Internet dari rumah, tempat kerja, sekolah dan berbagai lokasi strategis lainnya.

Sedang, di Afrika dan Timur Tengah meningkat 107%, serta di Amerika Latin meningkat 104%. Pengguna DSL di Asia Pasifik diharapkan akan meningkat sekitar 20 sampai 30 juta setiap tahun, sementara yang menggunakan cable modem sekitar 8 juta setiap tahunnya.

Penerapan DSL yang paling padat di kawasan Asia Timur dipimpin oleh Korea Selatan. Dengan jumlah penduduk mencapai 48,6 juta jiwa, dimana 10 juta penduduknya bermukim di Seoul, pada 2004 pengguna Internetnya telah mencapai 35,7 juta. Pada saat yang sama, dari jumlah itu, 84 persennya (30 juta) merupakan pelanggan broadband, baik menggunakan DSL maupun cable modem . Tahun 2008 mendatang target untuk mencapai 100% pelanggan broadband tampaknya akan tercapai, ujar Min Won-ki, Direktur, Divisi Kebijakan Internasional , Kementerian Informasi dan Komunikasi , Korea Selatan.

Di Jepang, akhir 2003, jumlah pelanggan broadband-nya diperkirakan sudah mencapai 15 juta orang dan tahun 2004 sebesar 16,2 juta. Sedang di China, jumlah pelanggan broadband via DSL telah meningkat dua kali lipat menjadi 13 juta. Pada Juni 2004, menurut data CNNIC ( China Internet Network Information Center ), jumlahnya telah mencapai 31,1 juta. Hal itu, antara lain dipicu penggunaanya oleh berkembangnya kafe-kafe Internet yang jumlah mencapai 110.000 kafe di seluruh China. Menurut analis industri, David Greggains, pertumbuhan itu memang luar biasa, namun begitu jumlahnya hanya sekitar 6% dari total 217 juta pelanggan telepon China.

Di Indonesia, pengguna Internet diperkirakan sebesar 8 juta, sedang pengguna broadbandnya relatif masih sedikit. Sementara Singapura, negara berpenduduk 4,2 juta, dikabarkan telah memiliki sekitar 40% rumah tangga yang terhubung ke Internet menggunakan teknologi broadband. Meskipun harga layanan broadband di Singapura lebih mahal jika dibandingkan dengan di negara-negara maju, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Untuk kawasan Asia Pasifik, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Cina dan Australia. Cina mencatat pertumbuhan 58%, sedang Australia 50%, sehingga jumlah penggunanya telah lebih dari sejuta.

Sementara di Amerika Serikat, dari 28,3 juta pelanggan akhir 2003 (data ITU), pada July 2004 menurut riset Nielsen/NetRatings jumlah pengguna broadband telah meningkat menjadi 63 juta, atau 51 persen dari total pengguna Internet. Pengguna Internetnya sendiri meningkat 10% dari 113 juta pada 2003 menjadi 124 juta pada July 2004. Menurut laporan Federal Communications Commission (FCC), jumlah pelanggan broadbandnya tak setinggi itu, melainkan sekitar 48 juta. Jumlah penduduk Amerika sendiri tak kurang dari 281 juta jiwa (sensus tahun 2000).

Di Amerika Utara, perkembangannya juga cukup besar, yakni dari hanya sekitar 34 juta akhir 2003 menjadi sekitar 75 juta pada 2008. Jumlah itu masih akan ditambah 12 juta pengguna (4% dari pasar) dari mereka yang menggunakan akses satelit.

Di sisi lain, perkembangan broadband, diperkirakan lebih terdukung dari pengalaman banyak orang yang sebelumnya telah menggunakan Internet, meski sebagiannya langsung menikmati layanan broadband, misalnya TV kabel, tanpa pernah terkoneksi ke Internet. Saat ini, tak kurang dari 800 juta orang yang telah menggunakan Internet di seluruh dunia. Namun, jumlah itu lebih banyak terkonsentrasi di 20 negara (lihat tabel) dengan sekitar 671,3 juta pengguna. Sementara ratusan negara lainnya baru memiliki sekitar 128,7 juta pengguna. Indonesia sendiri, hingga akhir 2004 ini diperkirakan baru memiliki sekitar 8 juta pengguna, yang berarti tingkat penetrasi 3,6 persen.

Meskipun banyak negara sesungguhnya telah memiliki “backbone” bandwidth yang berlimpah, yang dapat mereka gunakan untuk mentransmisikan data dari ujung ke ujung wilayah negaranya, namun perkembangan di banyak negara mengalami hambatan atau kemajuannya relatif sangat lambat, termasuk yang terjadi di Indonesia.

Salah satu hambatannya, selalin pertimbangan investasi yang besar, juga karena selama ini lebih banyak terhenti di jalur backbone . Sedang saluran “the last mile”, yang menyampaikan layanannya hingga ke rumah-rumah atau kantor pengguna belum terbangun secara luas, sehingga belum termanfaatkan secara optimal. Juga, belum adanya dukungan yang kuat dari kalangan pemerintah, misalnya strategi pembangunan nasional dimana teknologi informasi (TI) berperan dalam implementasinya, dan hal itu tak banyak mendorong penggunaannya secara luas, baik individu maupun bisnis.

Padahal, ke depan, peran transportasi data berkapasitas besar ini dalam ekonomi tak ubahnya sebagaimana sistem transporasi yang ada saat ini, seperti tersedianya jalan raya untuk kendaran maupun jalur kereta api, begitu juga kapal laut atau pesawat terbang. Meskipun perkembangan broadband saat ini boleh dikata masih pada tahap awal, tetapi hal itu pun sudah memberi dampak yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik dalam berkomunikasi maupun berbinis.

Sebagaimana diungkapkan Suryatin Setiawan, Direktur Bisnis Jasa Telekomunikasi, PT TELKOM, Tbk., ke depan arah dan peta perkembangan broadband sudah jelas. Tahap-tahap kemajuannya juga sudah jelas, termasuk dukungan perangkat yang akan digunakan, apakah laptop, ponsel, PDA dan lain sebagainya, sesuai dengan komitmen industri.

Selain itu, nantinya kapasitasnya akan semakin besar dan penggunaannya akan semakin meluas, serta biayanya pun semakin terjangkau. Namun, perkembangannya juga akan sangat tergantung pada meningkat tidaknya investasi di bidang-bidang lainnya, yang akan mendorong perkembangan ekonomi nasional. Dalam koteks itu, jelas peran jaringan broadband akan sangat berperan, bukan saja meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan telekomunikasi, mendukung layanan dan konten yang dibutuhkan masyarakat, melainkan juga meningkatkan berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial.
Posted by N3wB0yz[N3] at 7:19 PM 0 comments
Labels: Jumlah Pengguna Broadband
sejarah Broadband

Tahun 2005 tampaknya akan menjadi era broadband, era yang akan menandai berakhirnya periode awal Internet ( dial-up ), yang berkembang sejak 10 tahun lalu. Ke depan, akses Internet akan semakin banyak menggunakan broadband, sehingga tahun 2005 mendatang dianggap sebagai titik balik perkembangan Internet dunia dengan digunakannya secara luas akses Internet broadband.

Broadband merupakan istilah yang sudah lama dikenal, khususnya di kalangan pengguna Internet. Secara sederhana, broadband dapat diartikan sebagai jalan yang lebar untuk koneksi Internet, sehingga memberikan akses yang jauh lebih cepat dibandingkan yang didapatkan dari koneksi modem dial-up biasa. Selain itu, broadband dikenal juga sebagai koneksi tanpa putus ( always on ). Kecepatannya, biasanya, 10-20 kali dibandingkan kecepatan modem dial-up yang ada saat ini. Kalau modem dial-up bekerja antara 30 hingga 50 Kbps ( kilobits per second ), maka koneksi broadband bekerja antara 256 Kbps dan 10 Mbps, tergantung layanan yang dipilih.

Di Indonesia layanan broadband dipelopori oleh PT Telkom Tbk., sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi terbesar, dimana setelah sukses melakukan digitalisasi jaringan PSTN, Telkom memperkenalkan plaftform ISDN ( integrated services digital network ), yang bernama Pasopati (paduan solusi kecepatan tinggi). ISDN, semula ditujukan sebagai terobosan layanan broadband yang dapat mengakomodasikan baik layanan suara, data maupun video sekaligus. Namun, kurang berhasil dalam penerapannya di lapangan.

Belakangan, Telkom mengembangkan layanan broadband yang disebut Speedy, yang memiliki kecepatan downstream 384 Kbps dan upstream 64 Kbps. Meski belum pas dikatakan broadband sebagaimana definisi di atas, namun layanan Speedy dan layanan broadband lainnya merupakan awal pendorong perkembangan broadband di Indonesia. Namun, ke depan, tentu kapasitas dan kecepatannya akan terus ditingkatkan. Tetapi, harganya pun mestinya lebih murah dibandingkan yang sekarang.

Maraknya operator incumbent yang memperkenalkan broadband dengan memanfaatkan teknologi ASDL ( asymmetric digital subscriber line ), sekaligus juga sebagai pendorong perkembangan bisnis telekomunikasi, baik di dunia maupun di Indonesia, yang mulai stagnan pertumbuhannya. Korea Telecom (Korsel), NTT Japan, British Telecom, France Telecom, Deutsche Telecom AG, Cina Telecom, Verizon (USA) dan ratusan pemain baru CLEC ( competitive local exchange carrier ) merupakan beberapa operator dunia yang telah mengambil manfaat bisnis dari penggunaan teknologi broadband xDSL ini. Tercatat, pada tahun 2003, sekitar 65 persen dari 100 juta pelanggan akses broadband di seluruh dunia menggunakan xDSL.

Ke depan, banyak kalangan menyetujui eranya akan menjadi era broadband, yang kapasitas dan teknologinya akan terus berkembang. Akses Internet berkapasitas besar itu diperkirakan, bahkan, akan semakin mendorong atau pemicu perkembangan berbagai bisnis lainnya, termasuk bisnis konten. Akses Internet berkapasitas besar, tentu saja tak akan banyak manfaatnya, kalau pada saat yang sama, tak diikuti dengan, misalnya perkembangan konten, ketersediaan layanan yang murah, dan mudah didapatkan.

Karenanya, era broadband ini nantinya akan ditandai dengan berkembangnya berbagai aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar ( new bandwidth-intensive applications ), antara lain video dan music-on-demand, multi-player online games, voice dan video communications, serta online shopping and learning . Layanan-layanan yang sebelumnya sulit berkembang, karena kecepatan aksesnya sangat lambat dan kurang mendukung berbagai aplikasi berkapasitas besar, diperkirakan akan mendapatkan momentum baru perkembangannya.

Tetapi, para ahli memperkirakan era ini tak akan berlangsung lama, paling-paling sekitar 5 tahun dan kemudian akan tergantikan oleh era yang lebih baru, yang disebut BOD ( bandwidth-on-demand ). Pada era baru itu, kebutuhan bandwidth akan semakin mudah didapat dan berkapsitas jauh lebih besar. Ibarat air, bandwidth nantinya akan mengalir seperti air yang keluar dari kran air. Tersedia kapan dibutuhkan dan dengan biaya yang akan disesuaikan pada besarnya kapasitas bandwidth yang digunakan.

Perkembangan era ini terlihat dari semakin intensifnya negara-negara maju mengembangkan broadband, meski perkembangan yang spektakular justru terjadi di kawasan Asia . Korea Selatan merupakan salah satu contoh negara di mana perkembangan layanan broadband-nya sangat spektakular dan sekaligus menjadi model yang mendapat perhatian banyak negara lain di dunia. Selain ketersediaan infrastruktur broadband yang luas, kemajuan industri kontennya juga bersinergi dengan perkembangan tersebut.

Simak saja apa yang telah dicapai negeri ginseng ini. “Dalam kurun waktu dua setengah tahun ke depan, kami berharap lebih dari 70 persen rumah tangga di Korea Selatan ini telah memiliki koneksi Internet berkecepatan akses 20 Mbps, yang memungkinkan mereka men download film yang dapat mereka tonton di high-definition TV,” ujar Chin Daeje, Menteri Informasi dan Komunikasi Korea , yang juga mantan eksekutif Samsung Electronics. “Tahun 2010, sebagian besar rumah tangga Korea sudah akan bermigrasi ke kecepatan 100 Mbps,” ujarnya lebih lanjut.

Selain itu, pemanfaatannya juga tampak bervariasi. Diperkirakan sepertiga pengguna Internet Korea secara regular menikmati berbagai hiburan berbasis broadband, misalnya network games, videos on demand dan movies on demand . Begitu juga, TV-TV lokal menyediakan kemungkinan men download beberapa program yang sudah lewat dengan biaya yang sangat murah, hanya 80 sen dolar. Download film juga memberi pendapatan baru, baik kepada para produser film maupun perusahaan TV.

Begitu maraknya, sehingga diperkirakan trafik puncaknya lima kali lebuh besar dari yang terjadi di Amerika. “Korea berada paling depan dalam revoluasi broadband, sehingga perusahaan-perusahaan telekomunikasi dunia, bahkan dari Amerika, belajar dari pengalaman Korea ini,” ujar Renee Gamble, analis telekomunikasi Asia dari perusahaan riset teknologi IDC, Singapura.

0 komentar:

Posting Komentar

About Me : Herdiansyah Hamzah

Foto saya
Halo nama saya Muhamad Yudha Prawira Atmaja. aku lahir di Tangerang Pada rabu, 18 agustus 1995. Saya Seorang pelajar kelas 1 SMK Swasta di Bandung. aku menulis blog ini sekedar berbagi cerita tentang IT dan dunia gadget. Saya ingin sekali menjadi seorang IT seperti Pak Onno W Purbo. Saya sangat senang bisa berdiskusi, jika berkenan saya menantikan komentarnya.